Hai Sobat,,, Pada Kesempatan saat ini saya akan memberikan kepada anda Cerita Rakyat yang berasal dari Jawa Tengah, yaitu Gunung Merapi. Untuk lebih lengkapnya silahkan baca selengkapnya artikel berikut ini..
GUNUNG MERAPI
CERITA RAKYAT
Pada zaman dahulu kala, pulau jawa belum banyak daerah yang dihuni oleh manusia. Kebanyakan wilayahnya adalah hutan belantara yang dihuni oleh makhluk-makhluk gaib dan binatang liar. Keadaan pulau jawa pada waktu itu miring, sehingga mengkhawatirkan kelangsungan makhluk hidup yang menempatinya. Hanya ada beberapa bagian yang dihuni oleh sekelompok manusia yang hidup secara bergerombol dan suka berpindah-pindah karena keganasan alam dan serangan musuh.
Para penghuni pulau jawa ini tidak menyadari kalau tanah yang mereka tempati itu sebenarnya miring, sehingga ada kekhawatiran akan meluncur dan tenggelam ke laut Selatan. Yang mengetahui keadaan ini adalah para dewa di kayangan yang peduli akan kelangsungan hidup para penghuni pulau Jawa waktu itu. Para dewa di kayangan akhirnya sepakat untuk membuat agar pulau Jawa tidak miring, sehingga para penghuninya bisa berkembang biak dan semakin maju peradabannya.
Ketakutan yang mereka alami tentu saja tidak bisa mereka elakkan lagi. Tidak hanya manusia yang ketakutan namun para penghuni lainnya termasuk binatang juga lari tunggang-langgang ketakutan
Pekerjaan empu pada waktu itu tentu saja tidak bisa disela karena memelukan konsantrasi tingkat tinggi untuk mengolah bijih logam itu. Para utusan pun mau menunggu, dan sambil melihat betapa takjubnya mereka mengetahui cara pembuatan keris yang dilakukan oleh para empu itu. Gumpalan besi itu kemudian dipukul-pukul dan diurut-urut oleh para empu itu hanya menggunakan tangan mereka. Dan yang lebih menakjubkan lagi gumpalan besi itu membara dan menyala-nyala namun tangan para empu itu tidak terbakar sedikitpun.
Meskipun kedua empu sakti itu
telah tewas tertimpa gunung, namun sisa-sisa kesaktiannya tidak
padam. Bahan keris yang masih dalam proses pengerjaanya masih
menyala dan tidak dapat dipadamkan kecuali oleh kedua orang empu
yang sudah tewas tersebut dan terus menerus membara dan karena
tertimbun oleh gunung, lama kelamaan semakin membara dan membesar.
Karena bertambah besar baranya, maka tempatnya menjadi terbatas
sedangkan tekanannya menjadi meningkat. Bara api yang makin membesar
itu menyembur ke atas dengan membakar bebatuan dan tanah yang
menimbunnya hingga meleleh. Oleh karena tanah dan bebatuan yang
meleleh tadi mnimbulkan lobang yang semakin hari semakin bertambah
luas hingga sekarang menjadi kawah.
Sekian Postingan Saya Tentang Cerita Rakyat Gunung Merapi, Jawa Tengah. Apabila ada salah kata kami ucapkan meminta maaf yang sebesar-besarnya..
TERIMA KASIH
GUNUNG MERAPI
(G. Merapi, Jawa tengah)
CERITA RAKYAT
Pada zaman dahulu kala, pulau jawa belum banyak daerah yang dihuni oleh manusia. Kebanyakan wilayahnya adalah hutan belantara yang dihuni oleh makhluk-makhluk gaib dan binatang liar. Keadaan pulau jawa pada waktu itu miring, sehingga mengkhawatirkan kelangsungan makhluk hidup yang menempatinya. Hanya ada beberapa bagian yang dihuni oleh sekelompok manusia yang hidup secara bergerombol dan suka berpindah-pindah karena keganasan alam dan serangan musuh.
Para penghuni pulau jawa ini tidak menyadari kalau tanah yang mereka tempati itu sebenarnya miring, sehingga ada kekhawatiran akan meluncur dan tenggelam ke laut Selatan. Yang mengetahui keadaan ini adalah para dewa di kayangan yang peduli akan kelangsungan hidup para penghuni pulau Jawa waktu itu. Para dewa di kayangan akhirnya sepakat untuk membuat agar pulau Jawa tidak miring, sehingga para penghuninya bisa berkembang biak dan semakin maju peradabannya.
Ketakutan yang mereka alami tentu saja tidak bisa mereka elakkan lagi. Tidak hanya manusia yang ketakutan namun para penghuni lainnya termasuk binatang juga lari tunggang-langgang ketakutan
Para dewa kemudian berunding
lagi untuk menentukan pemberat yang akan mereka taruh di tengah
pulau itu. Mereka memutuskan menggunakan Gunung Jamurdwipa yang yang
sangat terkenal bagi makhluk-makhluk gaib dan sangat tinggi
menjulang di dalam laut selatan. Para dewa kemudian memberikan
pengarahan dan meminta izin para penghuni Gunung Jamurdwipa aga
segera pindah tempat, karena gunung yang mereka tempati akan
dipindahkan ke tengah-tengah pulau Jawa.
Dari hasil pengukuran yang telah mereka lakukan terdahulu, ternyata lokasinya dihuni oleh dua orang yang sedang bekerja di tengah hutan belantara. Ke dua orang itu ternyata empu yang sedang membuat keris. Para dewa kemudian mengutus Dewa Panyarikan dan Batara Narandha beserta para pengawal untuk memberitahu kepada kedua orang itu agar segera pindah karena tempatnya akan diletakkan Gunung Jamurdwipa.
Dari hasil pengukuran yang telah mereka lakukan terdahulu, ternyata lokasinya dihuni oleh dua orang yang sedang bekerja di tengah hutan belantara. Ke dua orang itu ternyata empu yang sedang membuat keris. Para dewa kemudian mengutus Dewa Panyarikan dan Batara Narandha beserta para pengawal untuk memberitahu kepada kedua orang itu agar segera pindah karena tempatnya akan diletakkan Gunung Jamurdwipa.
Para utusan dewa itu
terpesona melihat kedua empu yang sedang mengerjakan keris
masing-masing tanpa bantuan alat apapun. Empu itu sedang mencampur
segala macam bahan logam dan dengan tangan kosong mereka menggunakan
telapak tangan dan jari-jari untuk menempa dan memilin campuran
bubuk logam itu hingga menggumpal.
Pekerjaan empu pada waktu itu tentu saja tidak bisa disela karena memelukan konsantrasi tingkat tinggi untuk mengolah bijih logam itu. Para utusan pun mau menunggu, dan sambil melihat betapa takjubnya mereka mengetahui cara pembuatan keris yang dilakukan oleh para empu itu. Gumpalan besi itu kemudian dipukul-pukul dan diurut-urut oleh para empu itu hanya menggunakan tangan mereka. Dan yang lebih menakjubkan lagi gumpalan besi itu membara dan menyala-nyala namun tangan para empu itu tidak terbakar sedikitpun.
Pekerjaan empu itu sebenarnya
belum selesai namun karena ada utusan penting, maka pekerjaanya di
hentikan sementara dan menemui utusan dari kayangan tersebut. Empu
tersebut kemudian memperkenalkan diri. Yang satunya bernama Mpu
Permadi sedangkan yang satunya lagi bernama Mpu Rama. Setelah saling
memperkenalkan diri dan sedikit basa-basi, akhirnya Batara Naradha
dan Dewa Panyarikan mengutarakan maksud kedatangannya
Batara Naradha pun segera menyampaikan maksud kedatangannya dan didukung oleh pernyataan Sewa Panyarikan, yaitu menyarankan agar kedua empu itu segera pundah dari lokasi itu karena akan ditepatkan gunung besar yang akan digunakan untuk menyeimbangkan pulau Jawa yang sedang miring. Batara Naradha menjelaskan hal ikhwal terjadinya gempa dan keadaan pulau Jawa yang sangat mengkawatirkan mengharapkan agar kedua orang itu mau mengerti dan menuruti kehendaknya tanpa ada halangan satupun. Tidak lupa Dewa Panyarikan pun menjelaskan pentingnya pekerjaan itu demi kelangsungan hidup para penghuni pulau Jawa.
Batara Naradha pun segera menyampaikan maksud kedatangannya dan didukung oleh pernyataan Sewa Panyarikan, yaitu menyarankan agar kedua empu itu segera pundah dari lokasi itu karena akan ditepatkan gunung besar yang akan digunakan untuk menyeimbangkan pulau Jawa yang sedang miring. Batara Naradha menjelaskan hal ikhwal terjadinya gempa dan keadaan pulau Jawa yang sangat mengkawatirkan mengharapkan agar kedua orang itu mau mengerti dan menuruti kehendaknya tanpa ada halangan satupun. Tidak lupa Dewa Panyarikan pun menjelaskan pentingnya pekerjaan itu demi kelangsungan hidup para penghuni pulau Jawa.
Mpu Permadi dan Mpu Rama
tertegun dan saling berpandangan. Nampak dari gurat wajahnya seperti
tidak berkenan dengan kehendak para dewa. Ke dua empu itu mempunyai
kepentingan terkait dengan pekerjaannya yang belum selesai. Dan
ternyata ke-dua empu itu tidak berkenan bila harus berpindah tempat,
sementara pekerjaan membuat kerisnya baru saja dimulai dan harus
diselesaikian dilokasi itu. Kedua empu itu berpendapat jika
pembuatan kerisnya tidak selesai dengan sempurna akan mendatangkan
malapetaka bagi manusia, maka harus mereka meminta harus menunggu
hingga pekerjaannya selesai.
Kedua utusan itupun berpendapat jika perkara ini adalah perkara yang bersifat mendesak, sehingga jikalau harus menggunakan pemaksaan pun akan dijalankannya. Kedua utusan itu tak henti-hentinya menerangkan bahwa tugas yang diembannya adalah demi kelangsungan hidup umat di pulau Jawa. Namun kedua empu itu juga kokoh pada pendiriannya, jika pengerjaan keris itu tidak sempurna juga akan mendatangkan mala petaka bagi manusia.
Kedua kubu itu pun terlibat adu mulut yang sangat menegangkan. Nampaknya suasananya semakin menjadi tidak terkendali. Karena alasan yang sangat mendesak, maka kedua utusan dewa pun menggunakan pemaksaan dengan mengerahkan seluruh bala tentara pengawalnya untuk menyerang kedua empu itu. Kedua empu itu segera memasang kuda-kuda untuk menyambut serangan bala tentara kayangan itu. Nampaknya pertarungan itu tidaklah seimbang mengingat kesaktian dari kedua empu itu dalam waktu yang tdak lama semua bala tentara itu berhasil dikalahkan.
Kedua utusan itupun berpendapat jika perkara ini adalah perkara yang bersifat mendesak, sehingga jikalau harus menggunakan pemaksaan pun akan dijalankannya. Kedua utusan itu tak henti-hentinya menerangkan bahwa tugas yang diembannya adalah demi kelangsungan hidup umat di pulau Jawa. Namun kedua empu itu juga kokoh pada pendiriannya, jika pengerjaan keris itu tidak sempurna juga akan mendatangkan mala petaka bagi manusia.
Kedua kubu itu pun terlibat adu mulut yang sangat menegangkan. Nampaknya suasananya semakin menjadi tidak terkendali. Karena alasan yang sangat mendesak, maka kedua utusan dewa pun menggunakan pemaksaan dengan mengerahkan seluruh bala tentara pengawalnya untuk menyerang kedua empu itu. Kedua empu itu segera memasang kuda-kuda untuk menyambut serangan bala tentara kayangan itu. Nampaknya pertarungan itu tidaklah seimbang mengingat kesaktian dari kedua empu itu dalam waktu yang tdak lama semua bala tentara itu berhasil dikalahkan.
Kini tinggal berempat mereka
berhadap-hadapan dan terjadilah duel satu lawan satu. Pertarungan
sengit pun tak bisa dihindarkan. Pertarungan kali ini nampak
seimbang, sehingga pertempurannya berlangsung lama dan wilayah
sekitar pertempuran itu nampak berantakan, banyak batu-batu
berhamburan dan hancur jadi debu, pohon-pohon besar bertumbangan dan
asap atau debu mengepul.
Batara Guru kemudian memberi
titah kepada Dewa Bayu untuk memberikan pelajaran buat Mpu Rama dan
Mpu Permadi. Dewa Bayu diperintah untuk segera memindahkan Gunung
Jamurdwipa dengan meniupnya. Batara guru tidak peduli dengan
keselamatan kedua empu itu, karena telah menentang para dewa dan
membahayakan keselamatan umat manusia.
Berangkatlah Dewa Bayu ke Laut Selatan. Dengan kesaktiannya, Dewa Bayu segera meniup gunung itu. Tiupan Dewa Bayu yang bagaikan angin topan berhasil menerbangkan Jamurdwipa hingga melayang-layang di angkasa dan kemudian jatuh tepat di perapian kedua empu tersebut. Kedua empu yang berada di tempat itu pun ikut tertindih oleh Gunung Jamurdwipa hingga tewas seketika. Kemudian roh kedua empu tersebut tidak bisa diterima
Berangkatlah Dewa Bayu ke Laut Selatan. Dengan kesaktiannya, Dewa Bayu segera meniup gunung itu. Tiupan Dewa Bayu yang bagaikan angin topan berhasil menerbangkan Jamurdwipa hingga melayang-layang di angkasa dan kemudian jatuh tepat di perapian kedua empu tersebut. Kedua empu yang berada di tempat itu pun ikut tertindih oleh Gunung Jamurdwipa hingga tewas seketika. Kemudian roh kedua empu tersebut tidak bisa diterima
Sekian Postingan Saya Tentang Cerita Rakyat Gunung Merapi, Jawa Tengah. Apabila ada salah kata kami ucapkan meminta maaf yang sebesar-besarnya..
TERIMA KASIH